Dalam proses konseling seringkali konseli mengemukakan berbagai isi hatinya dan terkadang tidak fokus pada satu persoalan tertentu. Tidak jarang pula konseli mencampur-baurkan antara masalah sebagai fakta dengan masalah yang berkembang sebagai akibat dari penafsiran atau persepsi mereka terhadap masalah faktual tersebut. Persepsi konseli terhadap masalah inilah yang membuat respon konseli unik. Dengan kata lain, suatu masalah yang sama akan dihayati secara berbeda-beda oleh dua orang atau lebih. Kadang kala masalah akan terasa menjadi lebih besar akibat penghayatan individu yang berlebihan terhadap masalah tersebut. Meskipun demikian, seorang konselor tidak boleh memberikan penilaian (judgment) atas persepsi konseli seperti ”Ah itu kan hanya perasaanmu saja”, ”Kamu kok cengeng sih, begitu aja dibesar-besarkan”.
Seorang konselor harus penuh perhatian kepada konseli. Dalam proses komunikasi konseling, konselor harus dapat menangkap pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan penting yang diekspresikan oleh konseli. Pada saat yang sama konselor juga dituntut mampu memberikan umpan balik (feed back) kepada konseli pada bagian-bagian yang penting dan sekaligus memberikan kesempatan kepada konseli untuk memperoleh kesadaran baru terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Untuk mampu melakukan hal-hal tersebut keterampilan merangkum, perlu dikuasai oleh seorang konselor.
Merangkum dalam komunikasi konseling adalah aktivitas konselor mengungkapkan kembali pokok-pokok pikiran dan perasaan yang diungkapkan konseli. Dalam suatu dialog yang panjang antara konseli dan konselor, banyak pokok-pokok pikiran dan perasaan konseli yang diungkapkan secara ”berserakan”. Konselor harus mencermati pokok-poko pikiran dan perasaan tersebut, mengingat dalam hati mengidentifikasi dalam hati, lalu pada saat yang tepat mengungkapkan kembali kepada konseli dengan gaya bahasa konselor sendiri. Ketepatan konselor membuat rangkuman akan menumbuhkan kesan pada konseli bahwa konseli diperhatikan, didengarkan kata-katanya, dipahami, dan diterima kehadirannya oleh konselor. Perlu diingat bahwa kata-kata untuk mengawali rangkuman perlu ditata dengan baik sehingga tidak ada kesan konselor menghakimi. Beberapa kata yang dapat digunakan untuk mengawali suatu rangkuman misalnya: ”Saya mendengar bahwa anda benar-benar mengatakan...........”, ”Hal yang anda katakan mengesankan bahwa........”, ”Makna yang ada dibalik hal-hal yang anda ungkapkan adalah........”, ”Makna yang ada dibalik ungkapan perasaan anda adalah.......”, ”Poin-poin penting yang anda kemukakan adalah.....”.
Melalui pelatihan-pelatihan pada sessi ini, keterampilan merangkum akan dapat anda kuasai dengan baik. Ikutilah dengan seksama berbagai kegiatan dan latihan yang dipandu oleh fasilitator, dan jangan malu mencoba.
Prosedur Berlatih
1. Pahamilah modul Keterampilan Merangkum, diskusikan hal-hal yang anda anggap penting dengan fasilitator.
2. Ikutilah penjelasan lebih lanjut tentang tujuan, manfaat dan penggunaan keterampilan merangkum yang disampaikan oleh fasilitator.
3. Diskusikan dalam kelompok kecil (tiga orang), pokok-pokok pikiran dan perasaan yang diungkapkan konseli dalam narasi yang ditayangkan fasilitator pada layar proyektor. Setelah masing-masing kelompok selesai, diskusikan dalam kelas.
sumber: Dr. Suwarjo, M.Si. (2008) UNY - Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar